Wednesday, May 6, 2009

SOEKARNO

Soe-karno (bukan Soekar-no) begitulah memanggilnya. Soe (su) dalam bahasa Jawa artinya yang baik. Karno, sayakin ini dari nama Karna, tokoh wayang yang sakti ahli memanah setanding dengan Janaka (Arjuna), bahkan mungkin lebih mahir. Karna tokoh baik. Semenjak kecil dia dibuang untuk menutupi aib ibunya (kabarnya bahkan dia dilahirkan lewat telinga agar ibunya tetap ’suci’ - apa pula artinya neh). Lalu dia diasuh oleh pekathik, tukang pelihara kuda kerajaan. Begitulah Karna, tumbuh jadi orang baik (dia yang menolong memutus ari-ari Gatotkaca, sehingga sarung senjatanya masuk ke perut Gatot kecil itu). Saking menjunjung tinggi balas budi, maka dia memihak Kurawa saat perang Baratayuda. Itulah mungkin kenapa diberi Soe di depannya. Mungkin agar Karno kecil kelak menjadi Karno yang baik saat dewasa.

Soekarno didaulat sebagai bapak pendiri bangsa ini. Didaulat, karena sebenarnya yang berani merdeka hanyalah para pemuda. Soekarno dan kawan-kawannya ragu-ragu. Karena itulah mereka harus ‘diculik’ dan ‘dipaksa’ menyatakan kemerdekaan bangsa ini.

Karya terbesar Soekarno saya kira adalah Pancasila (saya yakin ide Pancasila itu dari banyak orang, tapi Soekarno lah yang merumuskannya). Waktu SD-SMP saya tidak peduli, tapi ya wajib menghafal. Waktu SMA-kuliah, saya muak karena P4. Tapi sekarang (ketika semakin tua) tiba-tiba saya kagum dengan Pancasila ini (ah, manusia memang sering bolak-balik hatinya). Ini dasar negara yang sangat filosofis. Sila pertama mendasari dan menjadi syarat terwujudnya sila kedua. Sila kedua mendasari wujudnya sila ketiga, dan seterusnya. Sangat filososfis dan fantastis. Sulit untuk dibolak-balik urutannya. Beginilah Pancasila :

PANCASILA
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Indonesia.

(sudah lama bunyi ini tak terdengar di telingaku)
Saya kagum, bahwa bapak-bapak (ibu juga?) pendiri bangsa ini begitu serius menyusun dasar negara. Lebih dahsyat lagi saat saya meresapi kalimat kemerdekaan : “Kami bangsa Indonesia, dengan ini menyatakan kemerdekaannya.” Luar biasa, suatu lompatan psikologis dari mental budak menjadi mental orang merdeka.

Sejujurnya saya kagum dengan Soekarno (belum tentu untuk dinastinya). Apalagi dengan ucapan dia ke Dubes Amerika dulu saat Amerika coba-coba intervensi politik dalam negeri : “Go to hell with your aid!”
Keluarga saya ( bapak - ibu) juga pengagum soekarno.. saking kagumnya sampai-sampai saya diberinama PANCAYASA....