Friday, July 17, 2009

Ketika anda harus membayar Rp. 100 ribu untuk sepiring nasi

Terkadang jika sedang bosan makan siang di kantor, saya pergi ke warteg yang ada di belakang kantor saya. Makanan favorit saya adalah sayur lodeh dengan telur dadar dan ditambah dengan tahu tempe dan sambal. Dengan lauk seperti itu, saya harus membayar sekitar 6 - 8 ribu rupiah. Jika ditambah dengan ayam goreng mungkin harga yang harus saya bayar menjadi sekitar 10 ribu rupiah. Apakah Anda masih ingat berapa harga yang harus Anda bayarkan untuk lauk yang sama 2 – 3 tahun yang lalu. Hampir pasti tentu lebih murah. Mungkin dahulu sepiring makan siang dengan lauk-pauk seperti itu harganya hanya 5 ribu rupiah.
Mungkin sampai sini Anda sudah bisa menerka apa yang akan kita bicarakan. Ya, saya ingin berbicara mengenai inflasi. Selama kita menggunakan uang kertas, selama itu pula kita akan menyaksikan harga akan naik setiap tahunnya.

Dari tahun 1980 hingga 2008, tingkat inflasi tahunan rata-rata di Indonesia adalah 11,1%. Dalam kurun waktu tersebut, tingkat inflasi tertinggi terjadi pada tahun 1998, yaitu 77,5% yang disebabkan oleh krisis moneter yang melanda negeri ini.

Saat ini mungkin kita sedang dalam masa produktif dan sedang bekerja/berwirausaha. Jika Anda pegawai kantoran, Anda bisa berharap untuk mendapatkan uang pensiun. Pernahkah Anda membayangkan apa yang Anda hadapi saat masa pensiun menjelang?
Katakanlah Anda saat ini berusia 30 tahun. Anda masih memiliki 25 tahun masa kerja sebelum pensiun. Dengan asumsi tingkat inflasi rata-rata adalah 11,1% maka harga sepiring nasi yang sekarang adalah 8 ribu rupiah akan menjadi sekitar 111 ribu rupiah. Terlihat fantastis? Menurut saya itu realistis. Kita baru berbicara masalah makan siang. Jika saat ini kebutuhan hidup bulanan adalah 5 juta rupiah, maka saat Anda pensiun, Anda membutuhkan dana 70 juta rupiah per bulan hanya untuk menjaga agar strandar hidup Anda tidak turun. Silakan mencari tahu mengenai program pensiun yang Anda ikuti saat ini. Berapakah yang akan Anda dapatkan saat pensiun nanti. Apakah jumlah tersebut akan dapat memenuhi kebutuhan hidup Anda nantinya?

Sepertinya sebagian besar akan menjawab tidak
Sebaiknya kita jangan menyalahkan pemakaian uang kertas yang menyebabkan inflasi. Akan lebih bermanfaat bagi kita untuk memikirkan bagaimana caranya mengalahkan inflasi. Anda bisa saja merampok bank dan memperoleh uang yang cukup sampai anak cucu, akan tetapi tentu saja tidak disarankan karena Anda bisa masuk penjara.

Cara yang lebih tepat adalah berinvestasi atau lebih tepatnya berinvestasi yang returnnya dapat mengalahkan tingkat inflasi. Investasi apa saja? Banyak alternatifnya. Bisa saham, obligasi, atau mungkin tanah. Return dari instrumen-instrumen tersebut biasanya dapat mengungguli tingkat inflasi. Sebagai contoh, dalam jangka panjang harga saham akan naik sesuai dengan pertumbuhan ekonomi. Logikanya, semakin tinggi tingkat inflasi, maka perusahaan akan dapat menjual barang dengan harga yang lebih tinggi kan? Oleh karenanya dengan adanya inflasi saja harga saham akan cenderung naik.

Bagi saya, investasi saja belum cukup. Kita harus lebih fokus lagi dengan membuat suatu perencanaan investasi agar tujuan-tujuan keuangan kita dapat tercapai. Rasanya petuah orang tua kita dahulu untuk menabung ada benarnya, namun sayangnya dengan menabung saja kita akan kesulitan menghadapi laju inflasi. Mari berpindah dari budaya menabung ke budaya berinvestasi! www.jiwasraya.co.id

sumber : reksadana